Tinggal beberapa hari lagi akan ada ulangan akhir semester. Hari-hari terakhirku tuk bersama semua teman. Banyak kami lalui hingga tak terasa waktu pun berjalan sedemikian cepatnya. Banyak kenangan yang terukir diantara lembaran kisah kami di kelas X8. Meski tak selamanya kami selalu tertawa, kadang kami pun terharu atau bahkan ber emosi. Mungkin saja , tapi kami adalah satu. Ketika satu menangis kamipun menangis, ketika satu tertawa kamipun tertawa. Semuanya akan berakhir, aku tak tau harus bersikap atau bagaimana. Tak di pungkiri hati ini akan sangat banyak menyimpan kenangan, harapan dan impian kami semua. Perpisahan tak kan ada jika kami tak bertemu sebelumnya.
Ya, pertemuan kami dimulai ketika waktu MOS. Mungkin takdir atau apapun artinya aku melewati MOS dengan tenang. Mungkin masa ini masa terbentuknya kenangan untuk dapat diingat kembali. Waktu itu aku berangkat pagi sekali dengan teman satu SMPku di kota Ngunut. Yah, namanya MOS apapun dirasa dipersulit atau alasan kedisiplinan. Kami harus berangkat pagi-pagi buta dari rumah belum lagi nyiapin bekal yang ribet sekali. Huh dasar sial ...! aku waktu itu. Ketika aku sampai di sana semua peserta mos dikumpulkan di lapangan. Dengan komando teriak dari mbak Hega(mengapa ku bilang komando teriak?.. karena tak jelas dan berisik di telingaku...). kami berkumpul, aku lihat banyak sekali teman dari sekolah seantero tulung agung. Ya rupanya aku ketemu lagi dengan teman ku yang ku kenal waktu aku daftar dulu. Dia Roziq, panggilanku oziq “oziq...” sapaku. “ ya.. ” jawabnya.“ udah datang dari tadi pagi ta” tanya ku. “ ya tadi pagi udah sampe sini kok”. Lalu belum sempet ngomongin lainnya, eh.. suara aneh dan keras terdengar. Ya itu lah perintah untuk mencari kelas masing masing dengan melihat daftarnya yang ditempelkan para kakak osis di sepanjang lapangan. Nah ini dia... apes ku.. belum sempet nyari kelasku eh.. waktu udah habis.
Ketika itu ah ternyata otak ku sedang sehat hari itu, akalku ya aku waktu itu baris aja ikut temenku dan ngaku udah dapet kelas.. he he he. . .cerdik kan. Ini belum berakhir, ketika aku masuk ke kelas yang aku ikuti itu. Aku diam-diam aja, lalu waktu diabsen aku udah menduga namaku tidak ada. Hehe. . lalu aku pamit keluar. Ketika itu aku bingung mau apa ini, ntar kalau ditanya kadis gimana? Huft lalu aku coba lihat di pengumuman di lapangan kembali.
Eh emang kadisnya cerdik atau gimana, kertas pengumumannya udah disobek sobek arrgh.... “uh sial..” pikirku dalam hati. Dan hah.. aku ketemu kadis oky... yah ditanya deh dengan nada rada ngotot. “sudah dapat kelas kamu ?” aku jawab dengan ngotot dikit dan rada gagap juga “ udah.. se se puluh empat...” sambil lari menjauh padahal waktu itu aku bingung yah terpaksa aku tipu itu kadis demi keselamatan jiwa soale yang belum dapet kelas masih dikumpulin di lapangan nunggu hukuman atau gimana tuh. Tapi ya namanya akalku yang lagi sehat aku coba susuri ruang demi ruang. Dimulai dari sepuluh lima “ maaf kak nama eka pratama ada di sini .. !”. lalu kakak pembina itu jawab “ mm.. gak ad..” tanpa salam atau kesopanan lainnya aku langsung pergi aja. Lalu sepuluh enam juga aku masuki. “ maaf ada nama eka pratama wijaya disini ..” kali ini aku lengkapkan namaku. Tapi yah dasar sial, jawabannya sama “ mm gak dek ..” huft lalu entah apa yang menuntunku untuk coba masuk ke sepuluh delapan. Dengan nada tergessa gesa aku coba tanya “ maaf kak ...ada nama eka pratama wijaya” dengan nadaku yang putus dari asaku. Lalu kakak pembina itu berkata “ ya... ada masuk cepat ...” huft akhirnya ketemu keberuntungan juga “ iya makasih...”. selang beberapa saat temen ku meida dari smp yang sama juga belum tau kelas nya tiba di kelas ini dengan didampingi para kadis. Huh sempet juga tuh dimarahi hahaha... untung aku nggak. Ha ternyata aku ketemu dengan alvin , teman ku ketika tes penerimaan dulu dan gak sangka bisa satu kelas.
Waktu pertama ketemu sih orangnya pendiam dan kupikir anak ini pintar mungkin. “ kamu juga di sini vin” tanyaku “ya.. kamu dari mana” ia tanya padaku aku jawab simple “ apess coy... lupa kelas” habis itu aku duduk. Waktu itu aku duduk sendiri. Di gugus ini kami di pimpin kak Tia dan kak Rizar. Aku belum mengenal teman – teman yang ada disini. Tapi ketika itu aku berkenalan karena disuruh supaya hafal namanya teman satu gugus. Teman bangku sebelah kiriku ada vebby dan bagas “ aku vebby ..” dan “bagas..” aku jawab “... eka...”. lalu yang depanku ada Tyas “ Tyas...” sapanya, dan satunya dikiriku kalau gak salah nizar “ nizzar...”maklum ingatanku tak terlalu bisa ku ingat. Aku ingat waktu itu alvin maju perkenalan selalu lucu dan selalu menjawab dengan jawaban gak dipikir dulu dengan kata lain ngawur kepada kakak pembina, “ kamu ya urutan pertama.. maju perkenalan .. diikuti urutan selanjutnya...” kata kak Tia. “ iya..” dengan langkah kakinya ia maju ke depan. “nama saya Alvin eko novarianto.. dari smp boyolangu..” lalu dia duduk di bangkunya lagi. “dek ingat kalau ketemu kakak disiplin harus ... wajib beri salam.. ingat..” lalu ia menyela “ salam nya nyari di mana kak..?” lalu kak Tia berkata “ maksudnya bukan salam itu dek... siapa namamu? Si boy?.. hai anak anak sekarang panggil dia dengan nama si boy...!” Waktu itu juga dia dijuluki siboy karena dari sekolah smp satu boyolangu yang disingkat gitu. Ha ha yo enek enek wae iku(ya ada ada saja itu).
Waktu aku maju memperkenalkan diri. Aku gak tau nama pembinanya adalah kak Tia karena, ya aku tadi lagi sibuk cari kelas muter-muter. Dan mungkin sifatku atau apa aku sempat hampir di marahi karena ucapanku yang agak gak serius. “Nama saya eka pratama wijaya... asal sekolah smp satu ngunut.. kak...siapa?..” “dek yang sopan sama kakak pembina..nama kakak aja gaak tau.hai semua kasih tau ini anak..!” yap.. semua dengan keras mengucap kata tia, tapi entah apa yang terjadi yang ku dengar saat itu adalah kata Lia. “ woo ...lia to..” dengan bahasa masih campuran java. “bisa sopan apa tidak kamu..” sambil bicara seperti itu lalu berdiri menghampiriku. Aku Cuma diam waktu, “ hah healah...” dalam hati
Di dalam kelas masih tenang-tenang saja saat itu hingga terdengar suara gaduh yang mengagetkan hati kecilku. Oh.. ternyata kadis lagi marah-marah tuh, lagi inspeksi kelas rupanya. Semua barang jadi sasaran pukul atau yang penting bisa buat kaget gitu kali, dalam hatiku aku berkata “ .. dasar gila semua... nih...” semua terlihat ketakutan. Tapi sempat di tenangin sama kak tia “ sudah .. tenang aja dek.. yang penting nanti kalau ditanya jawab yang tegas..”. Tapi untung saja kelas sepuluh delapan inspeksinya yang terakhir nomor 2, hah .. sedikit lebih lega. Tibalah aura yang gak enak muncul dari luar dengan iringan suara yang tak enak kudengar. Diawali dengan gebrakan pada daun pintu yang terbuka.. brak.... dengan sedikit teriak mereka berkata “ salamnya mana deek...!” huft kami terlambat beri salam yang tadi diajarkan kakak pembina. Lalu kami cepat-cepat beri salam dengan sebuah salam yang mungkin nggak genah(gak masuk akal). “se...(gaya monyet).. la..(gaya kura)...mat..(gaya bebek).. pagi kak (kumpulan semua gaya)...” begitulah salamnya. Huft lalu “ulangi... sekali lagi...” bersamaan dengan, gebrakan ke papan tulis yang terdiam, bangku yang diam tanpa kata juga terkena. Dan waktu itupun ada yang di panggil ke depan kelas, kalau gak salah namanya Nizar Alqofiki. Itu gara-garanya rambutnya berwarna merah, gak tau abis kena saos apa terlalu banyak berjemur katanya. “ kamu tau gak salah mu apa...” bentak kak oky, “tahu... kak” jawab Nizar. “ kamu tau salah kamu apa...!, rambut kamu kenapa merah.. mau jadi jagoan kamu disini ya...!” ucap kadis itu. Semua anak yang dirasa bersalah ama kadis di suruh maju ke depan.
Yah.. seperti sebelumnya didahului dengan mencari kesalahan lalu bentak-bentak deh. Ketika itu “ dek lihat kukunya...!” tanya kakak oky padaku. “uh..” ucapku dalam hati, lalu aku tunjukin tanganku tapi entah kenapa gak disuruh maju padahal waktu itu seingatku si kuku itu belom terpotong. Hah lagi-lagi nasib mujurku berlangsung memang, Inspeksi inipun berakhir, “haha... aku lolos” jawabku dalam hati waktu itu. Kira kira waktu mos itu berlangsung 4 hari, tapi sayang waktu hari ke 3 sama 4 aku terkena penyakit mag yang lagi kumat. Uh.. dasar sakitnya gak karuan itu Mag.
Pada hari terakhir, teman-temanku bercerita katanya waktu itu mereka semua di kumpulin di aula sekolah. Ketika itu kata mereka merupakan acara penutupan MOS. Tetapi ketika mereka sudah di aula semua, pada saat itu semua akses keluar aula di kunci. Lalu para kadis dan pembina melampiaskan amarah mereka melalui pukulan ataupun bangku-bangku yang sudah ada sebelumnya. Keadaan saat itu katanya gak enak banget udah pengap karena dikit oksigen,namun rupanya semua itu hanya rekayasa aja oleh semua anak osis. Aku masih belum ngerti tujuannya tapi aku coba untuk resapi makna dibalik itu. Mungkin kami dilatih untuk menghargai hidup lebih baik lagi. Karena masa depan kami masih panjang. Dengan cara memojokkan kami saat itu.
Ada satu kejadian yang membuatku sangat menghargai arti sahabat. Pada waktu itu ada pertandingan antar kelas. Ketika itu ada pertandingan sepak bola. Aku ini gak bisa bermain sepak bola. Dan waktu itu aku disuruh untuk jadi penjaga gawang. Ketika hari pertandingan aku bimbang. Tapi “ sudahlah jangan dipikirkan... kamu bisa...” salah satu suara untuk memotivasiku waktu itu. Ketika pertandingan berlangsung. Aku tak henti-hentinya berusaha, tetapi ketika aku gagal menepis suatu tendangan yang dirasa semua orang itu mudah. “ ma.. af.. aku ..” belum sempat aku mengucapkan kata lagi, kapten pun memberi aku semangat. “ sudahlah.. jika kita kemasukan 2 gol.. kita harus memasukkan 3 gol..” langsung ketika itu aku terdiam. Ternyata semua percaya padaku, seumur hidupku aku baru kali ini dipercayai sedemikian dalam. “ ..ya... baik lah...”. kami bermain dengan sembilan orang lawan sembilan waktu itu. Karena 2 pemain sebagai cadangan dan waktu itupun Rizal striker kami masih dalam tahap pemulihan cidera. Tapi aku salut dia bisa datang, langsung saja waktu itu pengumuman pertandingan dimulai. Kami bersiap di gerbang masuk pemain, mulailah memasuki lapangan dan diawali doa terlebih dulu. Setelah doa kamipun berkumpul dan berdoa. “ semua berdoa ... mulai..” kata kapten Nizar yang biasa ku panggil chiki. “ hari ini kita harus menang... ayo ...”. pertandingan dimulai. Gol pertama ternyata diambil oleh tim kami, si kaptenlah yang membuatnya waktu itu. Tapi tidak berlangsung lama aku pun tak sanggup menahan tendangan darri lawan skor pun imbang. Kami susul kembali jadi skor 2 lawan 1. Lalu imbang 2 lawan 2. Dan kami berhasil mengungguli kembali menjadi 3 lawan 2. Namun ketika waktu hampir berakhir aku pun membuat kesalahan, bola yang datar dan lemah tak sanggup aku tangkap. Hah.. aku sangap down waktu itu, skor akhir imbang 3 lawan 3 waktu itu melawan kelas X1. “ Chik gimana ini... kita terpaksa adu penalti... apa aku bisa...? ia menjawab “ sudahlah... tenang saja...” akupun mencoba tenang. Lalu tiba-tiba ada wasit yang menghampiriku, ia mengajarkanku untuk adu penalti. Aku hanya bisa berdoa dan berharap agar aku bisa. Tibalah waktu untuk adu penalti, tak kupungkiri ada beban di hatiku tapi temanku berusaha menyemangatiku. Pada tendangan pertama aku berhasil menangkapnya “amien ya allah...” aku tak henti mengucap syukur. Namun ketika tendangan ke empat aku gagal dan skor saat itu unggul sana. Tapi rupanya penendang kami yang ke kelima berhasil. Sekarang skor kami menang tipis, tiba giliran terakirku. Aku bersiap namun ternyata tuhan berkehendak bola itu melenceng. Akhirnya kami menang melawan X1 dengan skor 5 vs 4 tipis.
Rasanya satu tahun ini belumlah cukup tuk membuat banyak kenangan. Akankah semua memiliki rasa yang sama sepertiku. Rasanya aku berat tuk berhenti membuat memori panjang yang suatu saat akan ku ingat semua, sahabatku. Setahun ini aku merasa senang bahkan aku bersyukur bisa mengenal kalian dan seseorang yang bisa membuatku selalu ingin bangkit dari keputus asaan. Seseorang yang aku tau dan ia juga ku harap tau bahwa aku akan selalu ada untuknya, meskipun ku tak ada di sampingnya. Ia yang membuat hari yang ku lewati seperti warna pelangi. Akankah aku harus mengatakan ini semua langsung. Tak perlu ku katakan, ia tau apa yang kurasakan. Ku tak kan pernah berhenti dan hapus dirinya dari hatiku. Kita tak pernah bisa berjalan sendiri, menangis sendiri, dan tertawa sendiri tanpa sahabat. Jangan kau pernah mengabaikan sahabat yang selalu ada untukmu. Aku melewati banyak kisah di hidupku, tak pernah ku berhenti melangkah walau langkahku kan lelah. Mencari arti sebuah makna kehidupan di saat ku merangkai semua mimpi. Apakah arti sebuah sahabat di hidupku, ketika ku pikirkan pertanyaan itu. Sesampainya di ujung pencarian bersamaan arti sebuah cinta. Mungkin aku terus tak temukan arti yang sejati, semua makna terasa semu bagiku begitu pula dunia ini. Namun begitu aku sadar , aku pun tahu bahwa sebenarnya ku tlah menemukan apa yang ku cari itu. Arti sahabat lebih dari harga emas dan perak. Dan mungkin sebuah kenangan dari sahabatku akan menjadi emas dan perak.
EKA P.W.